Pengikut

Senin, 08 Oktober 2018

TIKUS MENGANCAM PETANI




TIKUS MENGANCAM PETANI


Oleh : Ir. SUHARYONO KRISTANTO
                                            BPP Kecamatan Semen 


PENDAHULUAN
Tikus adalah hama padi yang utama. Disamping gulma, Tikus merupakan hama yang mendatangkan, kerugian hampir disepanjang tahun. Tikus adalah hama yang cerdik, karena itu untuk mengendalikan tikus kita harus lebih cerdik. Mereka mempunyai syaraf peraba, pembau dan pengecap yang sangat baik tetapi tenyata Tikus mempunyai daya ingat yang lemah. Untuk mengendalikan hama ini dengan sebaik-baiknya kita harus mempelajari s1fat-sifat dan perilaku mereka.
Akhir-akhir ini sudah banyak dilakukan gerakan bersama untuk mengendalikan tikus, misaInya dengan cara mencarinya bersama­-sama (gropyokan), memasang perangkap tkus, merusak liang-liang tikus, mengumpulkan ekor Tikus dengan hadiah dan lain-lain. Tetapi hasil tersebut kellhatannya kurang berhasil mengendalikan tikus, terutama untuk jangka panjang.

I.     BIOLOGI TIKUS
Sernua orang telah mengenal rupa dan bentuk tikus. Tetapi tidak semua orang mengenal sifat perilakunya yang sangat penting untuk melakukan pengendalian dengan baik. Tikus bergerak aktif terutama pada malam hari, Penglihatan Tikus tidak begitu baik, bahkan mungkin tidak dapat membedakan warna, tetapi indera pendengar, peraba, pembau dan pengecapnya sangat baik. Tikus bahkan sudah dapat merasakan makanannya tanpa memasukkan makanan tersebut ke dalam mulutnya, karena ternyata giginya dapat digerakkan keluar. Tikus  selalu curiga terhadap makanan dan tempat baru.
Tikus dapat hidup lebih dari satu tahun. Induk tikus dapat menghasilkan anak 7-8 kall per tahun, dengan rata-rata 10 anak setiap kelahiran. Dengan dernikian satu pasang Tikus dalam satu tahun dapat menghasilkan lebih dari 1000 ekor, Tikus baru. Untungnya tidak semua anak Tikus ini hidup dan merusak tanaman, karena sebagian mati oleh faktor kematian alami. Pada waktu Tikus memasuki daerah yang jumlah tikusnya sedikit (Yaitu pada permulaan musim atau setelah adanya gerakan "gropyokan"), maka tikus tersebut akan menghsilkan anak lebih banyak dari pada di tempat yang sebelumnya sudah terdapat banyak Tikus.
Bagi kita yang penting bukanlah jumlah tikus yang sudah terbunuh, tetapi berapakah jumlah tikus yang masih ada, atau kemudian ada di lapangan.

II.   PENGENDALIAN/ PENCEGARAN
Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam pengendalian/ pencegahan hama tikus adalah sebagal berikut
1.    Operasional pengendalian tikus dilakukan mulai dari persiapan tanam sampai dengan selepas panen.
2.   Pengorganisasian geraka operasional mutlak diperlukan dan harus dibentuk terlebih dahulu, dengan melibatkan semua Instansi terkalt baik pemerintah, swasta maupun masyarakat luas. Ditingkat petani - kelompok. petanl atau paguyupan petani. dan sejenlsnya dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam pengorganisasian gerakan pengendalian.
3.    Sumber serangan hama tikus umumnya tidak hanya terjadl di pertanaman. Oleh karena itu koordinasi dan kerjasamanya dengan berbagai instansi terkait perlu dijalin untuk mengendalikan populasi dilokasi yang bukan merupakan tanggungjawab petani misalnya rel kereta api, semak belukar dan lahan kosong.
4.    Teknologi pengendalian harus diterapkan secara kontinyu, serentak pada areal yang luas dengan memadukan berbagai cara atau teknologi yang kompatibel sebagai berikut:
·       Gerakan pengendalian pada masa pratanam melalui gropoyokan pada fase bero dan pengolahan tanah.
·        Tanam serempak pada areal yang cukup luas.
·   Pengendalian secara fisik/ mekanis dengan pemasangan bubu yang dikombinasikan dengan pagar, plastic di persemaian terutama daerah endemis kronis.
·     Pemasangan perangkap di pertanaman, tergantung ketersediaan teknologi dan sarana setempat misalnya perangkap bambu.
·   Pemasangan umpan dengan rodentisasi dan atikoagulan yang telah direkomendasikan pada saat bero dan stadia pertanaman vegetatif. Pengomposan dengan asap belerang pada stadia generatif.
·    Memanfaatkan semaksimal mungkin teknologi pengendalian yang bersifat spesifik lokasi yang dihasilkan setempat dan dapat diterima oleh petani.
·     Pemanfaatan musuh alami tikus seperti burung hantu, kucing dan anjing. Namun, pembunuhan atau perburuan terhadap predator-predator tikus harus dicegah, karena binatang-binatang ini bermanfaat bagi manusia dan lingkungan.




Sumber :a. Pengendalian Hama Terpadu Untuk padi / Anonim
         
              b. Hama Tanaman Pangan dan Pembasmiannya / Rismunandar